Ini sanksi FIFA karena Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20

AREMA CRONUS – Selain gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 karena terjadi penolakan terhadap timnas Israel untuk bertanding di tanah air, Indonesia juga mendapatkan sanksi dari FIFA. Sanksi yang diberikan FIFA berupa pembekuan dana bantuan dari program Program FIFA Forward 3.0. sebesar 5,6 juta dolar AS atau setara Rp86,4 miliar.

Ini merupakan hasil maksimal dari kunjungan Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang telah dua kali bertemu dengan FIFA. Pertemuan pertama membawa misi agar Piala Dunia U-20 tetap digelar di Indonesia dan pertemuan kedua untuk melobi sanksi FIFA. Keputusan FIFA dalam membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah nampaknya sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Sementara untuk masalah sanksi, Indonesia bisa bernapas lega karena hukuman yang dijauhkan FIFA dianggap hukuman ringan atau hanya kartu kuning.

Menurut Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali, selain melobi FIFA Ketum PSSI Erick Thohir juga membawa blue print terkait perencanaan, pembinaan usia dini, kompetisi, serta infrastruktur. Pertemuan itu juga diharapkan menjawab adanya dugaan pihak tertentu bahwa Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 karena ketidaksiapan infrastruktur stadionnya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pada 31 Maret lalu enam venue Piala Dunia U-20 2023 yaitu Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Gelora Jakabaring (Palembang), Stadion Manahan (Solo), Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), dan Gelora Bung Tomo (Surabaya) sudah dinyatakan siap secara infrastruktur dan FIFA pun ada dan menyetujui.

Mengutip dari keterangan resmi PSSI, Kamis, 6 April 2023, usai bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Paris, Prancis, Erick Thohir menyatakan bahwa FIFA hanya memberi sanksi administrasi kepada PSSI. Beliau bersyukur karena dengan itu Indonesia bisa terhindar dari sanksi berat pengucilan sepak bola dunia.

“Setelah saya menyampaikan pesan Presiden Jokowi, dan menjelaskan cetak biru sepak bola kita, FIFA hanya memberikan sanksi administrasi berupa pembekuan dana FIFA Forward untuk keperluan operasional PSSI. Hal itu akan di-review kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia,” 

“Saya sudah berusaha maksimal saat bertemu dengan FIFA. Dengan sanksi ini kami masih terus melanjutkan program transformasi sepak bola bersama FIFA.” 

Hal ini dinilai Erick sebagai pelajaran berharga sekaligus berkah bagi sepak bola Indonesia yang saat ini terus berbenah menuju perbaikan di semua sektor.

FIFA Forward adalah dana bantuan FIFA untuk pengembangan sepakbola di seluruh dunia. Program ini berjalan sejak 2016 dan telah menyalurkan uang sebesar 2,8 miliar dolar AS kepada 6 konfederasi dan 211 asosiasi anggota, termasuk Indonesia. Lebih dari 5 juta dolar AS diberikan kepada setiap asosiasi anggota untuk biaya operasional terkait kegiatan sepakbola. Tambahan 3 juta dolar AS bagi asosiasi anggota yang melaksanakan proyek sepakbola spesifik yang terencana dengan untuk tujuan pengembangan sepakbola jangka panjang. Ada pula tambahan 1,2 juta dolar AS bagi asosiasi anggota yang diidentifikasi paling membutuhkan bantuan. Dana ini untuk menutupi biaya perjalanan dan akomodasi tim nasional mereka, serta peralatan sepakbola.

Berita baik lainnya adalah FIFA berkomitmen untuk membantu Indonesia mewujudkan rencana transformasi sepak bola Indonesia. FIFA menegaskan kembali komitmen penuh untuk mendukung PSSI dalam proses transformasi dan akan memberikan bantuan yang dibutuhkan jika perlu. Dan dengan sanksi ringan yang diberikan FIFA ini Indonesia tetap bisa berkompetisi di SEA Games 2023. SEA Games merupakan ajang olahraga multievent yang diikuti oleh negara-negara di Asia Tenggara dan tidak termasuk dalam kalender resmi FIFA.